LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY DAN
PEMETAAN HUTAN
ACARA II
PETA KONTUR PETAK 17
Disusun
oleh
Nama : Dicky Hardi
NIM : 15/377808/KT/07926
Shift : Selasa, 15.30 WIB
Co-ass : Jon Piter Zai
Monica Claire
LABORATORIUM SISTEM INFORMASI DAN
PEMETAAN HUTAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
ACARA II
PETA KONTUR
I.
TUJUAN
1.
Memperkenalkan GPS, Klinometer, Kompas dan cara pemakaiannya
dalam menngukur lapangan guna pemetaan.
2.
Memberikan pengetahuan
terapan sehingga dapat lebih memahami dan mampu mengaplikasikannya ke
dalamwujud peta batas dan peta kontur
II.
DASAR TEORI
Peta adalah gambaran suatu permukaan datar dari seluruh atau
sebagian permukaan bumi untuk memperlihatkan kenampakan fisik, politik atau
yang lainnya yang di hubungkan oleh titik-titik dengan skala dan proyeksi
tertentu. Peta topografi adalah
peta yang menggambarkan penyebaran, bentuk, dan ukuran muka bumi. Gambaran
tersebut di tunjukkan oleh garis-garis ketinggian dengan referensi tertentu,
yang di sebut garis kontur,
yaitu garis imajiner di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama (Firdaus, 2011).
Pemetaan
adalah proses penggambaran informasi yang ada di permukaan bumi mulai dari
pengambilan data secara terestris maupun penginderaan jauh, pengolahan data
dengan metode dan acuan tertentu serta penyajian data berupa peta secara manual
ataupun digital. Tujuan pemetaan hutan adalah untuk membuat atau mengadakan
peta dasar maupun peta tematik sebagai salah satu dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan khususnya di bidang kehutanan. Salah
satu teknologi untuk mendukung pemetaan adalah Sistem Informasi Geografis
(SIG). SIG digunakan untuk membentuk basis data kehutanan yang mantap sebagai
bahan pengambilan keputusan kebijakan yang berkaitan dengan areal atau kawasan
hutan. Dengan adanya SIG maka data daan informasi kehutanan baik yang bersifat
deskriptif maupun numerik/angka akan tertata dengan baik dan terpetakan secara
rapi menggunakan teknologi digital, serta mempergunakannya secara akurat dan
cepat untuk keperluan analisis.
Bentuk permukaan tanah dapat dinyatakan dengan susunan
garis-garis lengkung horizontal dengan interval tinggi tertentu. Elevasi
lapangan dapat diukur dengan garis-garis lengkung horizontal. Peta-peta
topografi mempunyai ketinggian garis-garis lengkung horizontal yang sama
disebut jarak antara garis-garis lengkung horizontal. (Sastrodarsono, 2005).Kontur merupakan garis yang menghubungkan atau
terpentuk dari titik yang memiliki ketinggian yang sama terhadap suatu datum
(permukaan air laut). Penggambaran kontur bertujuan sebagau relief, yaitu untuk
menggambarkan konfigurasi dari permukaan bumidalam bentuk peta. Agar
penggambaran dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan pengetahuan tentang
sifat-sifat kontur dan keterangan lainnya yang berkaitan dengan kontur,
interval kontur, seni teknik, ArcGIS,
sehingga benar-benar berbentuk alami.
Maka
sifat-sifat kontur yang perlu diketahui :
1.
Garis kontur
selalu horizontal dan tegak lurus terhadap arah aliran dan dip terrain.
2.
Semua garis
kontur sifatnya tertutup.
3.
Lereng semakin
terjal maka kontur semakin rapat.
4.
Pada sungai arah
kontur menghadap kearah hulu.
5.
Bila kontur
interval terlalu besar maka bukit-bukit kecil tidak tergambar.
6.
Ada hubungan
yang erat antara kontur interval dan skala peta ( Senawi dkk, 2008 )
Pada pemetaan membuat peta kontur
dengan menggunakan pendekatan ketinggian baik absolute maupun relative.
Ketinggian absolute ditunjukan dengan garis-gariskontur atau titik-titik tinggi
dimana nilai ketinggian ditentukan diatasn atau di bawah bidang referensi.
Ketinggian relative menunjukan apakan lokasi tertentu lebih tinggi, sama atau
bahkan lebih rendah dari lokasi yang lain, yang dapat ditunjukan dengan
garis-garis warna (layer tints) (menno
dkk, 2007)
Ada metode umum umtuk
memperkenalkan peta kontur dan DEM ( Digital Elevation Model ) yang merupakan
pengembangan dari peta topografi komersial yang sudah ada. Kontur otamatis
berdasarkan pada peta topografi yang telah di scan menyebabkan adanya masalah
yaitu peta kontur menjadi pecah dan terjadinyan overlapping layer data sehingga
terjadi kompleksitas pada tekstur backgroundnya (Pranata, 2002).
Peta kontur, lebih dikenal dengan
garis-garis topografinya. Yang menunjukan ketinggian yang sama disetiap titik
yang dilewati garis tersebut. Interpretasinya didefinisikan dengan 5 informasi
yaitu pada label subbagian peta dengan titik-titiknya, local elevasi
topografinya, 2 komponen dari kelerengan , gradient dan sudutnya ( Sahid, 2005 )
Kemiringan merupakan
komponen yang penting dalam Peta kontur. Kemiringan itu sendiri adalah sudut vertikal yang menggambarkan besarnya lereng.
Sebagaimana sudah dijelaskan di muka, besarnya kemiringan ini penting untuk
diukur sehubungan dengan penentuan jarak datar. Alat yang umumnya digunakan di
bidang kehutanan untuk mengukur kelerengan adalah clinometer. Kata “clin” pada
clinometer berasal dari kata “incline”
(lereng, tanjakan). Dalam alat ini ada roda yang berputar bebas dan
mempunyai dua skala yang berbeda. Skala pada sebelah kanan menunjukkan satuan
pengukuran sudut vertikal dalam %, sedangkan sebelah kiri mencantumkan satuan
sudut dalam ° (derajat). Sudut di atas bidang horizontal diberi tanda (+),
sedang sudut di bawah bidang tersebut diberi tanda (-). Pemberian tanda ini
merupakan hal penting yang seringkali dilupakan oleh para pengukur pemula.
Satuan sudut vertikal dalam % menggambarkan perbandingan antara jarak vertikal
(beda tinggi) dengan jarak datar dalam persen. Cara menggunakan clinometer
adalah dengan dua mata terbuka. Satu mata melihat ke lensa, sedang mata yang
lain melihat ke obyek yang dibidik. Otak kita akan menggabungkan skala pada
lensa dengan obyek yang dibidik. Sebagaimana pengukuran jarak, kemiringan harus
diukur pada tinggi yang sama (Sastrodarsono,
2007).
III.
ALAT DAN BAHAN
1.
Klinometer
2.
Kompas
3.
GPS
4.
Tali Rafia
5.
Tali sheet
6.
Roll Meter
7.
Tongkat 5m
IV.
CARA KERJA
Mempersiapkan alat yang akan
digunakan dilapangan
|
Melakukan pengambilan data di
lapangan
|
Melakukan kalibrasi untuk
menentukan titik pusat/awal
|
Catat pada tally sheet. derajat
kelerengan, dan dari titik posisi kita
|
Lalu untuk membuat batas
maka buatlah jarak kearah U 5m
|
Kemudian bidik kearah timur
hingga 50 m, dan seterusnya hingga 50 membentuk mengiular 50x50 m
|
Membuat peta kontur dengan
mengukur jarak datar dan azimutnya kemudian membuat sketsa dari peta
kontur tersebut
|
Kemudian ulangi tahap
tersebut kea rah barat hingga 50 meter
|
Setelah mencapai titik
akhir, bidik kea rah utara kembali.
|
Setelah data didapat, data
diolah dengan MC.Exel, dengan output,Y, grafik
|
Membuat peta pohon dengan
mengukur jarak datar dan menghitung azimuth
|
Menandai titik dan merekam
jejak dengan menggunakan GPS
|
Membuat peta batas (marking)
dari titik awal ke titik akhir
|
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2011. Geologi Dasar. Universitas Haleuleo
Kendari.
Sastrodarsono.
2007. Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. Pradnya Pramita. Jakarta.
Senawi.
2002. Pengukuran dan Pemetaan Hutan.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.